MEDAN, SUARASUMUTONLINE.ID — Ketika banyak lembaga pendidikan swasta mematok biaya tinggi, sebuah yayasan di Kota Medan justru tampil beda. Namanya Yayasan Insan Super Indonesia. Tanpa biaya tetap dan tanpa syarat rumit, yayasan ini membuka ruang belajar gratis untuk semua kalangan, khususnya bagi anak-anak dan keluarga kurang mampu.
Tak hanya fokus pada ilmu agama dan hafalan Al-Qur’an, yayasan ini juga menanamkan nilai-nilai akhlak dan karakter unggul. Semua kegiatan dijalankan atas dasar keikhlasan, baik dari peserta didik maupun para pengajarnya.
Langkah inspiratif ini menarik perhatian tim mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara. Mereka melakukan mini riset untuk mengkaji model kepemimpinan yang diterapkan di yayasan tersebut sebagai bentuk pengabdian akademik berbasis lapangan.
Hasilnya? Pemimpin yayasan, Rahmat Ilham Manurung, SE, dinilai berhasil menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif yang humanis dan inklusif. Ia melibatkan semua unsur dalam organisasi untuk berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan. Para pengajar diberi keleluasaan menyusun metode belajar sesuai dengan karakter peserta, sementara pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah bersama tim.
“Model kepemimpinan seperti ini tidak hanya menciptakan harmoni dalam organisasi, tetapi juga memupuk rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang kuat di kalangan relawan,” ungkap salah satu peneliti mahasiswa BPI dalam laporan mereka.
Program-program yang ditawarkan yayasan pun sangat relevan dengan pendekatan dakwah bil hal—seperti TK berbasis hafalan, tahsin, dan tahfidz Al-Qur’an. Semua kegiatan dibiayai dari donasi sukarela. Anak-anak yatim dan keluarga dhuafa bisa belajar tanpa dikenakan biaya.
Dari perspektif akademik, pendekatan ini menunjukkan bagaimana ilmu BPI bisa diimplementasikan secara nyata dan berdampak. Kepemimpinan yang empatik, komunikasi persuasif, serta pelayanan inklusif menjadi kekuatan utama dalam membangun perubahan sosial.
Yayasan Insan Super Indonesia menjadi bukti bahwa pendidikan bermakna tidak harus mahal, dan pemimpin yang bernurani bisa menciptakan dampak besar bagi masyarakat.
Di tengah gempuran isu mahalnya pendidikan, keberadaan yayasan ini menjadi oase harapan. Bahwa pendidikan gratis, berkualitas, dan manusiawi bukan mimpi—melainkan kenyataan yang sedang berjalan di Medan, dipimpin oleh mereka yang menjadikan kebermanfaatan sebagai panggilan hidup.
Penulis : Nur Amaliah, Juwita Saputri dan Ihsan Kamil | Dosen Pembimbing: Devi Yulita Br Tarigan M.Psi
Editor : Rhm
 
      
 
					





 
						 
						 
						 
						 
						

